Selasa, 19 Maret 2013
A Thousand Years
Heart beats fast
Colors and promises
How to be brave
How can I love when I'm afraid to fall
But watching you stand alone
All of my doubt suddenly goes away somehow
One step closer
I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I'll love you for a thousand more
Time stands still
Beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything take away
What's standing in front of me
Every breath
Every hour has come to this
One step closer
I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I'll love you for a thousand more
And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more
One step closer
One step closer
I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I'll love you for a thousand more
And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more
Sabtu, 09 Maret 2013
Cinta Tak Kesampaian
Hari
ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan panjang kenaikan kelas
kemarin. Aku berangkat dengan diantar oleh mamahku. Sesampainya di pintu
gerbang sekolah, aku bertemu dengan sahabat-sahabatku yaitu Vina dan Nina. Kita
bertiga memang sudah bersahabat sejak kecil. Jadi, ngga heran kalo kita akrab
banget. Katika kami sedang asyik ngerumpi, kamipun terkejut dengan semua siswa
SMP N Harapan Bangsa yang berlari menuju ke papan pengumuman. Ternyata mereka
menuju pengumuman yang isinya pembagian kelas. Sontak kami bertigapun langsung
berlari ke arah papan pengumuman. Aku langsung mencari-cari namalu, dan akirnya
ketemu juga. Ternyata aku masuk ke kelas 8c.
“Eh
lo berdua masuk ke kelas 8 apa?” tanya Tari kepada kedua sahabatnya.
“Gue
sama Nina masuk ke kelas 8c, kalo elo Tar?” jawab Vina.
“Gue juga 8c, yeeey
berarti kita sekelas lagi!” jawab Tari yang kegirangan karena dapat setu kelas
sama kedua sahabatnya.
Akhirnya
bel masukpun berbunyi. Mereka bertiga langsung memasuki kelas mereka.
Ketika
di dalam kelas kita bertiga asyik membicarakan BoyBand asal Korea yaitu Super
Junior yang kabarnya akan mengadakan konser di
Indonesia.
“Aaaaaaahhh gue pengin nonton konser Suju deh!
Tapi mana mungkin gue diizinin sama bonyok gue” ucap Nina.
“Yaeelah tinggal nonton
aja kali, tapi lo bilangnya mau nginep dirumah gue” jawabku kepada Nina.
“Yaaap gue setuju sama
lo Tar!” sahut Vina.
“Huuuuh lo berdua mah
enak banget ngomongnya, tapi gue susah tau ngelakuinnya! Gue ngga mau
ngebohongin bonyok gue” jawab Nina.
“Eh eh tunggu dulu deh!
Itu kok bangkunya kosong dua yah? Bukannya udah pas?” tanyaku yang bingung.
“Mana gue tau! Belum
berangkat kali!” jawab Nina.
“Oooh iya kali yah!
hahaha” jawabku sambil tertawa.
Tiba-tiba
Bu Yani wali kelas 8c memasuki kelas.
“Selamat pagi
anak-anak” ucap Bu Yani.
“Selamat pagi bu” jawab
semua siswa.
“Bu, itu kok ada 2
bangku yang kosong? Belum berangkat yah bu anaknya?” tanyaku dengan penuh
penasaran.
“Ngga ada yang
terlambat kok” jawab Bu Yani dengan lembut.
“Tapi kok bangkunya
kosong bu?” tanyaku lagi.
“Iya soalnya itu bangku
untuk anak baru yang pindahan dari Jakarta. Katanya baru bisa masuk besok”
jawab Bu Yani.
“Ooh gitu bu” jawabku.
“Ya sudah kita mulai
saja pelajarannya anak-anak” ucap Bu Yani.
“Baik bu” sahut semua
anak.
***
Keesokan
harinya aku berangkat ke sekolah bersama kedua sahabatku. Di perjalanan kami
sibuk membicarakan tentang anak baru yang katanya akan masuk hari ini.
“Eeh eh lo berdua
penasaran ngga sih sama anak baru yang mau datang hari ini?” tanya Vina.
“Ya iyalah jelas
penasaran!” jawab Nina.
“Kira-kira anaknya cewe
apa cowo yah?” tanya Vina lagi.
“Ngga tau deh! Ntar
juga kita tau kok” jawabku dengan santai.
Akhirnya
kami bertiga sampai di sekolahan. Kami langsung memasuki kelas kami. Bel tanda
masukpun berbunyi. Bu Yani langsung memasuki kelas 8c.
“Pagi anak-anak” ucap
Bu Yani.
“Pagi bu” jawab semua
anak.
“Oh iya anak-anak
kemarin kan Ibu bilang ada ank baru yang akan masuk hari ini, nah anaknya sudah
sampai! Ayo nak masuk” Kata Bu Yani.
“Baik bu” jawab anak
baru itu.
“Silahkan perkenalkan
diri kalian nak” ucap Bu Yani kepada kedua anak baru itu.
“Hai teman-teman,
namaku Tama. Aku pindahan dari Bandung” ucap Tama, salah satu murid baru itu.
“Hai teman-teman,
namaku Indra. Aku juga pindahan dari Bandung” ucap Indra.
“Baik, sekarang kalian
duduk dibangku kalian” kata Bu Yani kepada mereka.
“Baik bu” jawab mereka.
Kamipun
langsung memulai pelajaran. Sampai akhirnya bel istirahatpun berbunyi. Tari,
Vina dan Nina langsung menuju kantin dan memesan makanan. Tiba-tiba anak baru
itu menghampiri mereka.
“Hai boleh gabung
ngga?” tanya Indra kepada kami.
“Boleh” jawab Nina.
“Oiya btw kita kan
belum kenalan. Kenalin gue Tama, dan ini Indra” kata Tama sambil ngulurin
tangannya.
“Gue Tari, ini Vina,
dan ini Nina” jawabku.
Kami
bertiga langsung akrab dengan dengan mereka berdua dan mulai asyik dengan
perbincangan kami. Dan sejak saat itu kami berlima mulai bersahabat.
***
Sudah
5 bulan aku, Vina, Nina, Tama, dan Indra bersahabat. Aku mulai menyimpan perasaan
pada Tama. Tetapi aku merahasiakan perasaanku dari siapapun termasuk Vina dan
Nina. Aku merasa semakin hari perasaanku terhadap Tama semakin kuat.
***
Hari
ini aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Sesampainya di sekolah aku langsung
masuk ke kelasku. Aku terkejut karena ada sebuah surat di laci mejaku. Aku
langsung mengambil surat itu dan membukanya. Akupun mulai membacanya, dan
ternyata isi suratnya adalah.......
“Tar, gue tunggu lo di taman jam 4 sore. Ada yang mau gue omongin sama
lo. Tama”.
Ternyata
surat itu dari Tama. Aku tak menyangka kalo aku akan dapat surat dari dia.
Setelah membaca surat itu, aku langsung menengok ke arah Tama dan menganggukkan
kepalaku sambil tersenyum kepadanya. Aku memberikan isyarat kepada tama bahwa
aku mau bertemu bengannya di taman.
Pelajaran
hari ini pun selesai. Aku langsung pulang ke rumah bersama kedua sahabatku.
Ketika sampai di rumah, aku langsung sibuk memilih baju untuk kupakai saat ke
taman nanti.
“pokoknya gue harus
kelihatan beda di depan Tama” ucapku dalam hati.
Tiba-tiba
handphoneku bergetar, menandakan ada pesan mesuk. Aku langsung mengambil
handphoneku dan membuka pesan itu. Ternyata pesan tersebut dari tama.
“Tar, ntar jadi kan?”
begitulah isi pesan dari Tama.
“Iyah jadi kok”
balasku.
“Oke gue tunggu” balas
Tama lagi.
“Siiip” balasku
singkat.
Setelah
aku selesai mempersiapkan semuanya, aku langsung berpamitan dengan mamahku.
“Mah, aku mau pergi
dulu ya?” ucapku pada mamah.
“Emangnya mau pergi
kemana sayang?” tanya mamah.
“Mau main sebentar sama
temen mah” jawabku.
“Oooh ya udah,
hati-hati ya sayang. Pulangnya jangan terlalu malam yah?” ucap mamah.
“Oke deh mah. Bye
mamah” jawabku sambil meninggalkan mamah.
Di
jalan aku terus bertanya-tanya dalam hatiku.
“Duuuh sebenernya Tama
mau ngomong apa sih? Kok gue jadi deg-degan gini yah?” ucapku dalam hati.
Setibanya
di taman, aku melihat Tama yang sudah datang terlebih dahulu. Kemudian aku
mendekatinta dengan perlahan.
“Hai, udah lama yah?”
tanyaku.
“Engga kok” jawab Tama.
“Ooh syukur deh” ucapku
sambil tersenyum pada Tama.
“Eh Tar lo hari ini
cantik banget deh!” ucap Tama.
“Aaaah gombal lo!”
jawabku sedikit malu.
“Gue serius, sumpah deh
lo hari ini cantik banget!” ucapnya lagi.
“Hehee makasih lah.
Oiya lo mau ngomong apaan sama gue?” tanyaku.
“Gue mau ngomong.....mmm
tapi lo jangan marah ya?” jawab Tama dengan sedikit gugup.
“Iyaa, tenang aja”
jawabku.
“Sebenernya gue udah
suka sama lo sejak kita pertama ketemu. Tapi gue ngga PD ngungkapinnya”
ucapnya.
“Ooh terus?” jawabku.
“Mmm lo mau ngga jadi
pacar gue?” ucap Tama.
Aku
sangat terkejut mendengar pernyataan Tama. Ternyata dia juga punya rasa yang
sama denganku. Aku sangat senang dengan hal ini.
“mmm iya gue mau jadi
pacar lo” jawabku.
“Makasih yaa, i love
you” ucap Tama sambil tersenyum senang kepadaku.
“Iyaa, i love you too”
jawabku.
“Eeh udah jam setengah
enam nih, gue pulang dulu ya Tam?” sambungku.
“Eh eh kok panggilnya
Tama sih?” tanya Tama heran.
“Loh emangnya mau
dipanggil apa?” tanyaku.
“Ya sayang dong, kan
kita udah jadian. Hehee” jawab Tama.
“Hmm iyalaah, ya udah
gue pulang dulu ya sayang. Bye” ucapku sambil melangkah meninggalkan Tama.
“Oke, bye sayang.
Hati-hati yaa” teriak Tama padaku.
Sesampainya
di rumah, ternyata Vina dan Nina sudah menungguku.
“Eh lo berdua kok
dateng ngga bilang-bilang dulu sih?” tanyaku pada mereka.
“Yaelaah gue tuh udah
sms lo, telphone lo tapi malah ngga ada jawaban apa-apa. Jadi kita langsung aja
ke rumah lo, hehee” jawab Nina.
“Ooh iya, sorry tadi
handphone gue ketinggalan, jadi ngga tau deh! Hehee” jawabku.
“Iyaiya ngga papa,
emangnya lo abis kemana sih? Kok ngga ajak-ajak kita?” tanya Vina.
“Mmm gue itu abis...
Aaah ceritanya di kamar gue aja yuuk!” ucapku.
“Ya udah yuk!” jawab
Nina dan Vina bersama.
Kami
bertiga langsung menuju kamar. Sesampainya di kamar, aku langsung menceritakan
semuanya kepada kedua sahabatku.
“What?! Lo jadian sama
Tama?! Sumpeh lo?! Ciyus?! Enelan?! Miapah?!” jawab Vina dan Nina kaget.
“Yaelaah lo berdua
lebay deh! Hahaaa” jawabku.
“Yeee namanya juga
kaget! Tapi serius lo udah jadian sama Tama?” tanya Nina.
“Ya serius lah! Masa
sih gue bohong sama lo berdua!” jawabku.
“Hahahaaa yalaah,
selamat yaa. Semoga langgeng dan jangan lupa PJnya!” ucap Vina.
“Iya makasih doanya
yaa. Beres deh! Hahaaa” jawabku.
“Hahaaa siip. Ya udah
deh Tar kita pulang dulu yaa, udah malem nih! Kita lanjut besok aja ya! Hehee”
ucap Nina.
“Oke deh! Kalian berdua
hati-hati yaa! Bye” jawabku.
Setelah
Vina dan Nina pulang, aku langsung mengambil handphoneku. Ternyata ada pesan
masuk dari Tama.
“Sayang, lagi ngapain?”
tanya Tama.
“Habis bercandaan sama
Vina sama Nina. Kalo kamu say?” balasku.
“Ooh, lagi duduk aja
nih. Kamu udah makan belum?” balas Tama.
“Belum, hehee. Kamu?”
balasku lagi.
“Iiih makan dulu sana!
Ntar sakit loh! Aku sih udah” balas Tama lagi.
“Iyaa ntar laah”
balasku lagi.
“Ya udah deh, yang
penting ntar makan ya. Oiyaa besok kita berangkat bareng yuk? Pake sepedaku”
balasnya.
“Iyaa tenang aja. Mm
gimana yaa?” balasku.
“Ayolah please? Besok
aku jemput ke rrumah kamu ya?” balas Tama.
“Ya udah deh” balasku.
“Siip deh! I love you”
balasnya lagi.
“I love you too”
balasku lagi.
***
Keesokan
harinya aku bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Tiba-tiba “kring kring” ada suara bel sepeda. Aku
langsung melihat ke jendela, ternyata itu Tama yang sudah menjemputku. Aku
langsung keluar dari kamar dan menuju ke ruang makan.
“Pagi mah” ucapku.
“Pagi juga sayang. Nih
sarapan dulu?” tanya mamah.
“Engga ah mah, udah
ditungguin sama temen” jawabku.
“Oh ya udah, hati-hati
ya sayang” ucap mamah.
“Iya, dah mamah” ucapku
sambil mencium tangan mamah.
Akupun
langsung keluar dari rumah dengan sedikit cepat karena takut Tama menungguku
terlalu lama.
“Pagi sayang, udah lama
yah?” ucapku sambil tersenyum pada Tama.
“Pagi juga sayang,
engga kok! Ya udah berangkat yuk!” jawab Tama.
“Oke yuk!” jawabku.
Aku
langsung menaiki sepeda Tama dan langsung menuju ke sekolahan. Sesampainya di
sekolahan, ternyata Vina, Nina, dan Indra sudah sampai duluan. Mereka bertiga
langsung meledek kami.
“Ciye ciyeee yang baru
jadian berangkat bareng nih yeh! Hahaaa” seru Indra.
“Hahahaaa iya, so sweet
banget sih kalian!” ucap Nina.
“Hehee apaan sih kalian
bertiga!” jawabku yang sedikit malu karena diledek sama sahabat-sahabatku.
“Iya, rese deh kalian”
ucap Tama.
“Ya udah deh, gue ke
kelas dulu ya say” ucapku pada Tama.
“Ya udah sana, gue mau
ngobrol sama Indra dulu” jawab Tama.
“Oke! Yuk Vin, Nin kita
ke kelas” ucapku.
“Yuuuk!” jawab Vina dan
Nina berbarengan.
“Eh gue ngiri deh sama
lo Tam” ucap Indra.
“Emangnya kenapa?”
tanya Tama.
“Ya gitu, lo kan udah
punya pacar! Sedangkan gue? Gue masih jomblo” jawab Indra dengan nada memelas.
“Beeeeh tinggal nyari
aja kali” jawab Tama meledek.
“Yaah lo sih ngomongnya
gampang banget!” jawab Indra.
“Hahahaaa yalaah. Eh ke
kelas yuk? Udah mau masuk nih” kata Tama
sambil berdiri.
“Ya udah. Yuuuk!” jawab
Indra.
Akhirnya
bel masukpun berbunyi. Tak lama kemudian Pak Doni memasuki kelas 8c dan segera
memulai pelajaran. Semua murid mengikuti pelajaran dengan tenang sampai bel
istirahatpun berbunyi.
“Say ke kantin yuk?”
ucap Tama padaku.
“Mmm tapi Vina, Nina,
sama Indra gimana?” tanyaku.
“Udah lo berdua aja
sana, kita ke kantin bertiga aja ngga papa kok! Ya ngga Nin, Ndra?” jawab Vina.
“Yaaap betul banget”
jawab Nina.
“Tuh kan mereka juga
ngga papa kok” ucap tama.
“Ya udah yuk” jawabku.
Aku
dan Tamapun langsung menuju kantin. Kami langsung duduk di tempat yang biasa
kita tempati bersama sahabat-sahabat kami.
“Kamu mau pesen apa
say?” tanya Tama.
“Apa aja deh, terserah
kamu” jawabku.
“Oke deh, tunggu bentar
yaa” jawab Tama.
“Siiip” jawabku.
Tak
lama kemudian Tama datang dengan membawa makanan.
“Nih say makanannya”
ucap Tama.
“Makasih yaa say”
jawabku.
“Sama-sama sayang.
Oiyaa ntar kita pulang bareng ya?” tanya Tama.
“Tapi gue udah janjian
sama Vina sama Nina, jadi sorry banget ya say gue ngga bisa pulang bareng
bareng lo” jawabku lagi.
“Mmm ya udah lah ngga
papa, ntar gue pulang bareng Indra aja” jawabnya.
“Sekali lagi sorry
banget ya say” ucapku.
“Iyaiyaa ngga papa kok.
Ya udah kita ke kelas aja yuk?” tanya Tama.
“Ya udah yuuk” jawabku.
Kami
berdua langsung meninggalkan kantin dan menuju ke kelas untuk melanjutkan
pelajaran sampai selesai. Akhirnya bel pulangpun berbunyi.
“Tar jadi kan?” tanya
Nina.
“Jadi dong! Ntar dulu
yaa” jawabku.
“Siiip deh!” ucap Vina.
“Udah yuuk cabut!”
Kataku sambil berdiri.
“Yuuuuk” jawab Vina dan
Nina serentak.
Aku,
Vina, dan Nina langsung menuju ke sebuah mall yang tak jauh dari sekolahan
kami.
“Guys kita ke photo box
aja yuuk? Sekalian buat kenang-kenangan” ucapku.
“Okee deh yuuk. Capcus”
jawab mereka berdua.
Kami
bertiga melewati hari ini dengan kegenbiraan. Aku merasa hidupku sangat
sempurna karena aku memiliki orang-orang yang sangat menyayangiku.
***
Kini
hari-hariku kulalui dengan penuh kebahagiaan. Tak terasa sudah satu bulan aku
berpacaran dengan Tama.
“Happy anniversary
1month sayang” ucap Tama yang mengagetkanku dari lamunan.
“Happy anniversary juga
sayang” jawabku.
“Oiyaa, nih buat kamu”
ucapnya sambil memberikan sebuah kotak kepadaku.
“Ini apa say?” tanyaku.
“Udah buka aja”
jawabnya.
“Waaah makasih banget
ya say” ucapku pada Tama.
“Iyaa sama-sama, sini
aku pakein jam tangannya?” tanya Tama.
“Boleh” jawabku.
“Waaaw kamu bague
banget pake ini say” ucap Tama.
“Heheee sekali lagi
makasih yaa” kataku.
“Ciye ciyeee kalian so
sweet banget sih. Hahaaa” kata Indra yang tiba-tiba datang dengan Vina dan
Nina.
“Apaan sih kalian main
muncul aja. Kaya tuyul tau ngga! Hahaaa” ucap Tama yang meledek Indra.
“Yeee suka-suka kita
dong! Hahaaa” jawab Indra.
“Udah udah jangan pada
ribut dong! Oiya Vin, Nin ntar jadi kan ke rumah gue?” tanyaku pada Vina dan
Nina.
“Yaa jadi dong!” jawab
Vina.
“Siiip deh!” jawabku.
Rencananya
hari ini aku, Vina, dan nina akan mengerjakan tugas matematika di rumahku.
Mereka datang ke rumahku pada sore hari.
“Assalamu’alaikum” ucap
Vina sambil mengetuk pintu rumahku.
“Wa’alaikumsalam”
jawabku sambil mendekati pintu.
“Heei yuk masuk”
sambungku.
“Okee!” jawab mereka
berdua.
Kami
langsung menuju ke kamar untuk mengerjakan tugas matematika.
“Ntar ya gue mau ambil
minum dulu!” ucapku pada mereka.
“Okee siip” jawab Nina.
“Nih minumnya Nin, Vin”
ucapku.
“Hehee makasih yaa”
jawab Vina.
“Sama-sama. Eh kalian
udah nyampe nomor berapa?” tanyaku.
“Baru nomor lima!”
jawab Nina.
“Ooh, eh gue ajarin
yang nomor empat dong Nin!” tanyaku pada Nina.
Maklum
Nina itu emang anak terpinter di kelas 8c, jadi ngga jarang aku minta diajarin
sama dia. Heheee... setelah semua tugas selesai, seperti biasa kami bertiga
pasti ngrumpi. Maklum lah anak cewe gitu. Hahaa... Saking asyiknya kami
ngerumpi, ngga terasa hari udah malam.
“Eh eh udah malem nih
Tar, kita pulang dulu ya!” ucap Vina sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam
tas.
“Ya udah deh, hati-hati
ya lo berdua!” jawabku.
“Siiip deh, bye Tari”
jawab Nina.
“Bye juga” jawabku.
Setelah
mereka berdua pulang, akupun langsung membereskan buku-bukuku yang berceceran
di tempat tidurku. Ketika itu aku melihat sebuah buku kecil berwarna biru. Aku
langsung berpikir ini pasti buku diary milik Vina. Ternyata benar, ini adalah
buku diarynya Vina.
“Inikan buku diarynya
Vina! Gue baca ngga yah isinya?” gumamku sambil berpikir.
“Aaaah penasaran gue!
Baca aja deh!” sambungku.
Aku
langsung membuka buku diary tersebut dan mulai membacabya lembar demi lembar.
Sampai akhirnya aku membaca curhatan hatinya tentang perasaannya terhadap Tama.
Yang isinya adalah....
Dear
diary....
Sebenarnya
aku udah lama memendam perasaan ini sama Tama, Tapi aku takut untuk
mengungkapkannya. Sampai hari ini aku masih mencintai Tama. Tapi hari ini
adalah hari jadian Tama dengan sahabatku sendiri, Tari. Hatiku sangat sakit
mengetahui mereka berdua udah jadian. Tapi aku harus terima ini semua, karena
Tama tak mencintaiku tetapi mencintai Tari. Aku harus merelakan Tama demi
kebahagiaan Tari. Aku lebih bahagia kalau Tama juga bahagia bersama Tari.
Kebahagiaan mereka berdua lebih penting. Aku juga ngga mau Tari sakit Cuma
gara-gara keegoisanku. Dan mulai saat ini aku akan berusaha melupakan Tama
untuk selamanya.
Aku
benar-benar ngga nyangka kalau selama ini Vina juga memendam rasa sama Tama,
pacarku sendiri.
“Kenapa lo ngga pernah
bilang kalo lo suka sama Tama, Vin?! Kalau lo bilang ke gue pasti gue ngga
bakal jadian sama Tama waktu itu! Maafin gue gue Vin!” ucapku sambil menangis.
Aku
lagsung mengambil handphoneku dan langsung mengirim sms ke Tama.
“Tam, mulai besok lo
ngga usah jemput gue lagi” pesanku pada Tama.
“Loh kenapa say?” balas
Tama.
“Ngga papa, gue cuma
pengen berangkat bareng Vina sama Nina lagi” balasku.
“Oh ya udah deh ngga
papa” balasnya.
“Oiya sepulang sekolah
besok gue mau kita ketemuan di taman belakang sekolah” balasku lagi.
“Okeh! Emangnya ada apa
sih?” balasnya lagi.
“Ngga ada apa-apa”
balasku lagi.
“Oke siiip” balas Tama
lagi.
Keesokan
harinya aku berangkat bersama kedua sahabatku, Nina dan Vina. Sudah lama aku
ngga berangkat bareng mereka berdua, karena semenjak aku jadian sama Tama aku selalu di jemput dan
berangkat bersama Tama.
“Udah lama yah kita
ngga berangkat bareng kaya gini!” ucapku.
“Iya bener banget”
jawab Nina.
“Tapi mulai hari ini
gue bakal berangkat bareng kalian lagi kok” jawabku.
“Loh kenapa? Trus si
Tama gimana?” tanya Vina.
“Engga papa kok. Gue
udah bilang sama Tama” jawabku lagi.
“Oh ya udah, siiip deh
kalo gitu” jawab Vina.
“Oiya Vin, ini buku
diary lo kan? Kemarin ketinggalan di kamar gue” ucapku sambil menyerahkan
bukunya.
“Oh iya! Makasih ya,
untung aja ngga ilang” jawab Vina.
“Iya sama-sama. Vin gue
minta maaf sama lo ya, gue udah bikin lo sakit” ucapku sambil memeluk Vina.
“Loh emangnya lo punya
salah apa sama gue Tar?” tanya Vina heran.
“Gue udah nyakitin hati lo! Gue udah ngrebut cowo yang lo suka” jawabku sambil menangis dan masih memeluk Vina.
“Gue udah nyakitin hati lo! Gue udah ngrebut cowo yang lo suka” jawabku sambil menangis dan masih memeluk Vina.
“What? Lo juga suka
sama Tama Vin? Kok lo ngga bilang-bilang sih?” tanya Nina.
“Udah lah, lupain aja!
Kan Tama sukanya sama lo Tar! Toh juga sekarang gue udah ngga suka sama Tama
lagi” jawab Vina.
“Tapi tetep aja gue
udah nyakitin hati lo” jawabku.
“Udahlah Tar, lupain
aja yah? Gue juga udah bahagia kok liat lo sama Tama” ucap Vina.
“Ngga! Gue ngga bisa
bahagia kalo sahabat gue sendiri harus sakit!” jawabku.
“Udah lah lupain aja
yah?” tanya Vina.
“Ngga! Pokoknya lo sama
Tama harus bersatu Vin. Ntar pulang sekolah lo harus ikut gue” ucapku.
“Emangnya mau kemana?”
tanyanya.
“Ntar juga lo tau!
Oiya, lo juga ikut ya Nin, nemenin gue sama Vina” ucapku.
“Ya udah siiip deh!”
jawab Nina.
Kami
bertiga langsung melanjutkan perjalanan ke sekolahan. Sesampainya di sekolahan,
bel masukpun berbunyi. Aku langsung memasuki kelas dan mengikuti pelajatan
sampai akhirnya bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi. Aku, Vina, dan Nina
langsung menuju ke taman. Di sana aku melihat tama yang sudah menungguku. Aku
langsung mendekatinya bersama kedua sahabatku.
“Eh lo udah dateng say?
Tapi kok kita ketemuannya berempat sih bukan berdua?” tanya Tama.
“Gue ngga bilang kalo
kita cuma berdua kok” jawabku.
“Ya udah deh. Lo mau
ngomong apa?” tanya Tama lagi.
“Sebelumnya gue mau
ngucapin makasih banget sama lo, karena lo udah mau sayang dan cinta sama gue,
udah mau ngisi hari-hari gue, pokoknya semuanya deh! Tapi gue minta maaf sama
lo, hubungan kita cuma sampai disini aja” jawabku.
“Maksud lo apa Tar?”
tanya Tama.
“Gue mau kita putus!”
jawabku.
“Ta...ta...tapi gue
sayang banget sama lo Tar!” ucap Tama sambil memegang tanganku.
“Tapi gue ngga mau
nyakitin hati Vina Tam! Dia lebih butuh lo daripada gue!” jawabku.
“Tapi gue ngga bisa
Tar!” jawab Tama.
“Ngga! Lo pasti bisa
Tam!” jawabku.
“Sekali engga tetep
engga!” jawabnya.
“Lo sayang sma gue kan?
Kalo lo sayang sama gue, lo harus bisa mencintai Vina demi gue Tam! Gue mohon
sama lo Tam” ucapku.
“Tapi tar, gue masih
ngga bisa” jawabnya lagi.
“Please Tam. Pokoknya
lo berdua harus bersatu! Gue bahagia kok kalo lo berdua bersama-sama” ucapku
sambil menyatukan tangan Tama dan Vina.
“Ya udah gue pergi dulu
ya, semoga lo berdua bahagia” ucapku sambil meninggalkan mereka.
Akupun
terus berlari meninggalkan Tama, Vina, dan Nina. Kemudian Nina mengejarku dan
terus memanggilku, tapi aku tak menghiraukannya. Aku terus berlari dan berlari
tanpa kusadari aku berada di tengah jalan. Tiba-tiba ada mobil yang melaju
kencang di belakangku dan akhirnya “BRUUUK”
mobil itu menabrakku. Tubuhku langsung terjatuh di depan mobil itu. Tama, Vina,
dan Nina segera berlari menuju ke arahku.
“Tar lo harus bertahan”
ucap Tama.
“Tapi aku udah ngga
kuat Tam” jawabku lemas.
“Gue bakal bawa lo ke
rumah sakit sekarang! Biar lo selamat Tar!” ucapnya.
“Ngga usah Tam! Gue
rasa, gue udah ngga bisa di selamatin lagi. Jadi tolong lo bahagia yah sama
Vina. Kalo lo bahagia, gue bakal tenang disana Tam! Nin, gue titip mereka yaa!
Jagain mereka berdua biar ngga ada yang ganggu kebahagiaan mereka” ucapku pada
Tama dan Nina.
“Iya Tar tenang aja”
jawab Nina sambil menangis.
“Ya udah gue pergi dulu
yaa. Jaga diri kalian baik-baik yah! I love you semuanya” ucapku yang langsung
terkulai lemah di pangkuan Tama.
“Tar....Tari bangun Tar!
Tariiiii!!” ucap Tama sambil memelukku.
Kini
aku sudah berada di ujung perjalanan hidupku. Aku sangat beruntung memiliki
orang-orang yang sangat menyayangiku. Tapi aku tidak tau, apakah aku akan
selalu dikenang oleh mereka? Entahlah. Kuserahkan semuanya pada mereka. Kini
aku sudah bisa pergi dengan tenang karena sudah menyatukan Tama dan Vina.
Semoga diantara mereka tidak akan terjadi apa-apa. Selamat tinggal kenangan,
selamat tinggal semuanya. Semoga kalian akan lebih bahagia dengan kehidupan
kalian tanpa diriku.
***
Langganan:
Komentar (Atom)